Makalah jenis sapi potong dan system pemeliharaannya terlengkap

JENIS-JENIS SAPI POTONG DAN SYSTEM PEMELIHARAANNYA
MAKALAH
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia
Yang Dibina Oleh :
M. Hambali, M.Pd.
Yang Disusun Oleh :
MUHAMMAD SYAHRUL IBAD (155050101111047)

KELAS H
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak strategis yang dapat mendukung stabilitas nasional. Pada tahun 2004, produksi daging nasional baru tercapai 66% (380.059 ton) dan kekurangan dicukupi melalui import (34%). Pasokan import daging diprediksikan semakin meningkat dan mencapai 70% pada tahun 2020. Peningkatan impor sapi potong dan daging merupakan indikasi peningkatan permintaan daging atau ketidak sanggupan pemenuhan kebutuhan yang harus disuplai oleh produksi sapi potong dalam negeri. Pemaksaan pemenuhan kebutuhan daging dari sapi lokal merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan pengurasan sapi potong lokal.
Pencapaian program kecukupan daging nasional pada tahun 2010 juga bergantung kepada ketersediaan sapi potong bakalan berkualitas. Dengan penyediaan bibit unggul diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sapi potong lokal. Sapi potong lokal sangat potensial dengan berbagai keunggulannya di daerah tropis.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30%. Di antara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Di samping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi.
Dalam perjalanannya kondisi sapi potong lokal sekar­ang ini telah mengalami degradasi produksi dan banyak didapatkan dalam bentuk kecil. Penurunan diakibatkan oleh turunnya mutu genetik sapi potong lokal. Kesemuanya ini antara lain diakibatkan oleh pemotongan ternak yang memiliki kondisi baik yang digunakan sebagai standar pasar ternak sapi potong dan jumlah pemotongan induk/betina produktif menca­pai 40% (Suryana, 2000). Genotip sapi potong lokal yang ada memiliki keragaman yang luas, sehingga cukup memiliki potensi genetik yang unggul dan siap untuk ditingkatkan potensi genetiknya secara maksimal untuk mendapatkan keturunan superior.

1.2 Rumusan Masalah
a)      Apa saja  jenis-jenis dari sapi potong?
b)     Bagaimana system pemeliharaan sapi potong?

1.3 Tujuan
·         Agar kita mengetahui berbagai macam jenis-jenis sapi potong.
·         Agar kita mengerti bagaimana system pemeliharaan sapi potong.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Jenis-Jenis Sapi Potong
2.1.1. Sapi Ongole
Menurut murtidjo (1990) sapi ongole merupakan sapi keturunan bos indicusyang berhasil dijinakan di india.
Karakteristik sapi ongole:
a.       Punuk besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan dibawah leher dan perut,telinga panjang serta menggantung.
b.      Tempramen tenang dengan mata besar,tanduk pendek dan hampir tak terlihat.
c.       Tanduk sapi ongole betina lebih panjang daripada pejantannya.
d.      Warna bulu putih kusam agak kehitam-hitaman dan warna kulit kuning.

2.1.2. Sapi Bali
hasil dari Menurut guntoro (2002) Sapi bali bos sondaicus merupakan sapi yang berdarah murni karena merupakan penjinakan banteng liar.
Ciri-ciri sapi bali jantan:
a.       Warna bulu badan hitam (kecuali kaki dan pantat).
b.      Tanduk agak berada dibagian luar dari kepala mengarah latera dorsal dan membelok dorso cranial.
c.       Tubuhnya relatif besar dibanding sapi betina,berat sapi dewasa rata-rata 350-450 kg dan tinggi badan 130-140 cm.
       Ciri-ciri sapi bali betina:
a.       Warna bulu badan merah bata (kecuali kaki dan pantat).
b.      Tanduk agak dibagian dalam dari kepala,mengarah latero dorsal dan membelok dorso medial.
c.       Tubuh relatif lebih kecil dibandingkan dengan sapi jantan dan berat sap dewasa 250-350 kg.





 2.1.3. Sapi Madura
          Menurut Aak (1990) sapi madura merupakan keturunan perkawinan silang antara bos indicus dan bos sondaicus.
Ciri-ciri sapi madura:
a.       Baik jantan maupun yang merah betina berwarna merah bata.
b.      Paha bagian belakang berwarna putih,tetapi kaki depan berwarna merah mudah.
c.       Tanduk pendek,ada yang melengkung seperti bulan sabit ,tetapi ada yang lurus ke samping kemudian keatas atau mengarah kedepan.
d.      Pada yang jantan tubuh yang depan lebih kuat daripada bagian belakang,berpunuk kecil.
2.1.4. Sapi Brahman
     Menurut Murtidjo (1990) sapi brahman merupakan sapi keturunan bos indicus yang berhasil dijinakan di india,tetapi mengalami perkembangan pesat di amerika serikat.
Ciri-ciri sapi brahman:
a.       Punuknya longgar,gelambirnya lebar dan lipatan kulit dibawah perut juga lebar.
b.      Telinganya panjang dan bergelantung.
c.       Warna bulunya pada umumnya abu-abu tetapi ada juga yang merah.
d.      Dapat beradaptasi dengan makanan yang jelek.
e.       Berat badan sapi jantan  mencapai 800-1000 kg,yang betina 400-700 kg.

2.2  Sistem pemeliharaan
2.2.1.  Hijauan
        Hijauan segar adalah makanan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar,yang termasuk bahan hijauan segar adalah rumput segar,batang jagung muda,kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar serta silase.jumlah hijauan yang diberikan pada sapi di indonesia 30-40 kg.hal ini sangat tergantung dari berat badan sapi yang bersangkutan.bahan makanan hijauan berfungsi sebagai pengenyang,sumber mineral,karbohidrat,vitamin dan protein.
2.2.2.  Konsentrat
        Konsentrat ialah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya rendah dan mudah dicerna.bahan tersebut berupa dedak atau bekatul,bungkil kelapa dan kacang tanah.pada umumnya para peternak didalam menyajikan makanan penguat ini masih sangat sederhana.
2.2.3.  Feed Suplement
1.      Vitamin
Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan.
2.      Mineral
Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam hal pertumbuhan dan reproduksi ternak seperti metabolisme,protein,energi,serta biosintesa zat-zat makanan esensial.
3.      Protein
Protein bagi sapi berfungsi untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak,membentuk sel-sel tubuh baru,dan sumber energi.






BAB 3
 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.         peternakan sapi potong di Indonesia didominasi oleh sistem usaha pemeliharaan induk-anak sebagai penyediaan sapi bakalan (cow-calf operation), sampai 90% dilakukan oleh peternakan rakyat. Usaha yang dilakukan tampak masih kurang mantap karena belum menerapkan konsep usaha yang intensif sehingga keterkaitan mereka dengan sektor ekonomi sangat terbatas. Bertahannya usaha pembibitan sapi potong rakyat pasca krisis moneter membuktikan bahwa usaha ini masih dapat diandalkan karena diusahakan dalam sistem yang terintegrasi (Diwyanto et al., 2002) dan tidak cocok bila dilakukan secara intensif (Yusdja et al., 2003). Pengembangan sapi potong untuk mendukung program kecukupan daging 2010, diperlukan dukungan inovasi teknologi.
2.         Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30%. Di antara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai.
3.      Sapi potong lokal memiliki beberapa keunggulan sebagai sapi pedaging, antara lain: (1) efisien dalam penggunaan pakan, (2) kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan di Indonesia (panas, lembab, pakan mutu rendah dan caplak), serta (3) bobot potong lebih sesuai untuk kebutuhan pasar lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka sapi potong lokal akan tetap lebih tepat dan ekonomis dikembangkan pada pola dan kondisi peternakan rakyat.


Saran
1.    Dengan membaca makalah ini, penulis mengharapkan semoga pembaca mampu mengembangkan makalah ini lebih baik lagi dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.
2.    Untuk ke depannya,  penulis mengharapkan banyak masukan dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.







sumber klik disini




 






Posting Komentar

0 Komentar