Rumah Gadang Arsitektur Rumah Adat Unik di Indonesia

 Rumah Gadang
Istana Pagaruyung ( Rumah Gadang) sebelum kebaran 22 September 2006. (koleksi foto pribadi)

Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri, salah satunya rumah adatnya. Rumah Gadang atau Rumah Godang (gadang/godang = besar) begitulah masyarakat setempat menyebutnya. Terkadang disebut juga Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjung. Menurut adat setempat, rumah adat ini hanya boleh didirikan di kawasan Minangkabau (darek/darat) yang sudah memiliki status nagari (desa).

Fungsi

Seperti halnya kebanyakan rumah adat di Indonesia, Rumah Gadang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama, dengan aturan tersendiri. Jumlah kamar d dalam rumah Gadang biasanya disesuikan dengan jumlah perempuan yang tinggal didalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Tata Ruang

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara.

Bangunan pelengkap 

Rumah adat minangkabau yang  dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum biasanya dilengkapi dengan bangunan pendukung, seperti:
  • bangunan Rangkiang biasanya ada dua buah. Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan hasil panen, biasanya padi. Bangunan ini bisa dikatakan "bulognya" kaum/keluarga tertentu. Conohnya seperti gambar disamping kiri.
  • bangunan surau, biasanya bangunan ini didirikan disekitar rumah Gadang yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.


Keunikan Arsitektur :
  • bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau merupakan adaptasi terhadap kondisi alam tropis dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Atap rumah yang membesar ke atas. Tujuannya adalah agar bagian dalam rumah tidak basah karena tempias air hujan yang dibawa angin.
  • dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. 
  • bagian dari depan  biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang dan setiap ukiran mempuunyai makna tertentu. 
  • bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu, masyarakat setempat menyebutnya Tadia.
  • rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.
  • umumnya  mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. 
  • dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Arsitektur Vernakular yang lekat dengan tradisi Sumatra Barat ini merupakan pengejawantahan dari hasil pembelajaran dan pemahaman masyarakat Minangkabau terhadap alam. Rumah Gadang merupakan perlambang kehadiran satu kaum dalam satu nagari, serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan seperti tempat bermufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan, sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Terbentuknya Rumah Gadang tersebut beserta perkampungannya dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur vernakular pada umumnya.


Unsur Dekoratif

Rumah gadang banyak dihiasi ukiran disetiap unsur bangunan, seperti:
dilingkungan Anjuang mempunyai Jenis atau Ragam Ukiran :
  • Saluak Laka
  • Labah Mangirok
  • Kalalawa Bagayuik
  • Salimpat
  • Tatandu Manyasok Bungo
  • Itiak Pulang Patang
  • Tangguak Lamah
  • Lumuik Hanyuik
  • Pesong Aia Babuih
  • Tupai Managun

di badan rumah mempunyai Jenis atau Ragam Ukiran :


  • Pisang Sasikek
  • Aka Cino Sagagang Duo Gagang
  • Ukir Tirai
  • Sikambang Manih
  • Kudo Manyipak
  • Takuak Kudo Basipak
  • Saluak Laka
  • Salimpat
  • Aka Barayun
  • Kuciang Lalok
  • Pesong Aia Babuih
  • Saluak Laka


dan pada tempat umum lainnya, jenis atau ragam ukiran :
  • Tantadu Manyasok Bungo
  • Itiak Pulang Patang
  • Aka Barayun
  • Aka Duo Gagang
  • Lapiah Batang Jarami
  • Tupai Managun
  • Kalalawa Bagayuik
  • Siku Kalalawa
  • Bada Mudiak
  • Buah Palo Bapatah
  • Bungo Mangarang Buah
  • Paruah Anggang
  • Jalo Takaka/Taserak
  • Kaluak Paku
  • Aka Cino
  • Saik Galamai
  • Kuciang Lalok
  • Lumuik Hanyuik
  • Pucuak Rabuang
  • Tampuak Manggih
  • Labah Mangirok
  • Lumuik Hanyuik/Aka Barayun
  • Alang Babega
  • Itiak Pulang Patang
  • Daun Bodi
  • Aka Cino
  • Sajamba Makan
  • Carano Kanso
  • Siriah Gadang

Setiap nama-nama ukiran diatas mempunyai nama dan filosofi tertentu.

Galeri:

Rumah Gadang
Rumah Bagonjong di Pasanehan, lasi
Candung-Agam



Rumah Gadang
Rumah Bagonjong di Pasanehan, lasi
Candung-Agam
Rumah Gadang
Rumah Bagonjong di Balai Gurah
Candung-Agam

Rumah Gadang
 atap gonjong
Rumah Gadang
Istana Pagaruyuang




































Sumber : - Wikipedia bahasa Indonesia
                - http://grhakreasigeometri.blogspot.com
Editor:     Edi Karnadi

Posting Komentar

0 Komentar